Membangun usaha dari nol tentu tak semudah membalik telapak tangan. Namun, keringat dan jerih payah pasti akan terbayarkan saat berhasil membangun bisnis dari hal yang digemari. Seperti itulah situasi yang dialami oleh dua pengusaha perempuan asal Indonesia, Yaumi Fauziah Sugiharta (YFS) dan Ratih Permata Sari (RPS). Melalui BASE, produk kecantikan berkonsep personalisasi, dua pengusaha muda ini membantu pelanggan, khususnya perempuan Indonesia, untuk mengatasi masalah kulit wajah serta merawatnya dengan bahan alami. 

Namun, bagaimana ide bisnis yang memadukan teknologi dengan unsur kecantikan itu terbentuk, apa yang membuat mereka berani terjun ke dunia startup, serta bagaimana kisah perjalanan mereka mempertahankan keberlangsungan bisnisnya menghadapi berbagai tantangan? Berikut rangkuman  petikan wawancara bersama Yaumi dan Ratih dalam membangun BASE sejak tahun 2019, yang juga merupakan salah satu portofolio investasi Skystar Capital

Awal Mula Hadirnya BASE

Hal apa yang membuat Anda tertarik untuk membuat startup di bidang kecantikan? Apakah terjun ke dunia bisnis adalah impian Anda sedari dulu?

YFS: Saya bergabung dengan salah satu unicorn Indonesia di masa awal setelah mereka meluncurkan aplikasi di tahun 2015. Saya melihat bagaimana produk dengan bantuan teknologi dapat memberikan dampak besar pada berbagai lapisan masyarakat. Lingkungan kerja di startup yang bergerak cepat dan gesit membentuk kami menjadi ‘problem hunter’ yang efektif, dan sangat termotivasi untuk meluncurkan solusi yang mempermudah kehidupan pengguna kami, khususnya dalam industri yang saya minati. Saat itulah saya tahu saya ingin memulai bisnis saya sendiri. 

RPS: Sewaktu masih duduk di bangku kuliah, saya memiliki ketertarikan mendalam akan ilmu biokimia dan terkesima akan sumber keanekaragaman hayati Indonesia. Inilah yang mendorong saya untuk berkarier dalam industri yang dapat memaksimalkan potensi biodiversitas ini, salah satunya adalah industri kosmetik natural. Ketertarikan ini semakin kuat ketika saya melakukan pertukaran pelajar di Korea Selatan pada tahun 2013. Saat itu saya melihat industri kosmetik natural di negara tersebut sangat maju dan mampu menembus kancah internasional dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Berangkat dari pengalaman tersebut, saya mulai memiliki cita-cita untuk memaksimalkan potensi biodiversitas lokal dan juga membawa produk kecantikan Indonesia ke pasar internasional. 

Bagi Anda, hal apa yang paling penting untuk dipastikan sebelum memulai bisnis? Apakah hal itu berubah setelah Anda berada di tahap sekarang?

YFS dan RPS: Pertama, kemampuan mengobservasi peluang bisnis melalui pain-point calon konsumen. Kedua, memvalidasi apakah masalah konsumen tersebut nyata dan tentunya skala pasar harus cukup besar untuk diselesaikan melalui integrasi produk teknologi untuk mempercepat penetrasi pasar. Ketiga, proposisi produk, bagaimana produk tersebut dapat memiliki nilai tambah dan sekaligus menjadi solutif bagi kebutuhan konsumen. Hal ini kami lakukan dengan rutin melakukan jajak pendapat dan juga diskusi langsung dengan konsumen untuk memastikan bahwa kami dapat memberikan solusi yang tepat guna. 

Bagaimana kalian akhirnya menemukan ide usaha ini?

YFS: Semuanya berawal ketika saya membuat blog perawatan kulit pada 2017. Dalam rentang waktu dua tahun, saya selalu menerima pertanyaan tentang bagaimana pembaca merasa kebingungan ketika membeli produk perawatan kulit yang sesuai dengan  kondisi kulit mereka. Saya merasa tertantang untuk menyelidiki tentang pain-point produk kecantikan ini lebih lanjut. Singkat cerita, Ratih dan saya menyadari bahwa kami memiliki satu visi, misi yang sama untuk menemukan solusi yang lebih baik di lanskap industri kecantikan di Indonesia. Tidak disangka, kami juga cocok menjadi partner bisnis karena kami memiliki keahlian kerja yang saling melengkapi. Dari situ, kami bergabung dengan inkubator startup di Singapura untuk memvalidasi masalah ini lebih lanjut dan membuat prototipe produk. 

Apa misi utama kalian saat memutuskan membangun BASE?

YFS: Standar kecantikan di Indonesia sangat berkorelasi dengan kulit putih dan rambut lurus hitam. Pada kenyataannya, Indonesia adalah negara kepulauan yang penuh keragaman  adat dan suku bangsa. Misi kami adalah merayakan inklusivitas dan merangkul keunikan untuk menyuarakan definisi cantik menurut kita sendiri. Dengan kata lain, BASE mendorong konsumen untuk lebih nyaman dan percaya dengan dirinya sendiri dalam mengekspresikan diri mereka yang sebenarnya melalui produk yang gender-fluid. Filosofi inilah yang membuat kami menyuarakan “you are unique, so is your skin” kepada konsumen kami. 

RPS: Industri consumer goods merupakan salah satu industri penyumbang sampah tak terdaur ulang paling besar dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Kami bertekad supaya hal serupa tidak terjadi, serta selalu mencari cara agar proses produksi dan pemilihan bahan baku produk tidak memiliki dampak akhir terhadap lingkungan yang buruk. 

Lika-liku dan Tantangan

Menemukan mitra bisnis yang tepat selalu menjadi tantangan besar bagi para pendiri bisnis. Bagaimana awal mula pertemuan kalian dan apa yang membuat kalian memutuskan membangun usaha bersama?

RPS: Saya dan Yaumi merupakan teman lama dan kami sempat bekerja di suatu perusahaan bersama di departemen yang berbeda. Yaumi terlebih dahulu menceritakan kepada saya permasalahan yang ia temui ketika konsumen mencari produk perawatan dan saya langsung tertarik untuk menggali lebih dalam. Saya juga menyadari bahwa kami memiliki skill yang saling melengkapi satu sama lain. Singkat kata, akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan perusahaan bersama.

Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi saat menjalankan startup? Apakah hal itu mengejutkan atau Anda sudah bersiap sebelumnya?

RPS: Seorang founder sering kali dikejutkan dengan berbagai macam perubahan dalam perjalanannya membangun startup. Contohnya, terjadi perubahan umur konsumen BASE dalam waktu kurang lebih tiga bulan, yang mengharuskan kami untuk mengubah cara berkomunikasi di berbagai macam kanal media. Perencanaan yang baik dapat membantu perusahaan untuk meminimalisasi adanya kejutan (sudden surprises) saat implementasi. Namun, kerap kali terdapat faktor eksternal yang tidak terkontrol dan mendisrupsi perencanaan, contohnya pandemi yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, adaptasi dan kreatif mencari solusi pada tiap perubahan yang terjadi adalah hal mutlak yang perlu dimiliki tim agar perusahaan tetap berjalan baik. 

YFS: Kami sama-sama menyadari bahwa pekerjaan sebagai pendiri startup akan lebih menantang dan menuntut (demanding). Namun, secara pribadi, saya pikir tantangan terbesar saya adalah menemukan keseimbangan dalam alokasi waktu antar perencanaan dan eksekusi karena struktur tim kerja kami yang tergolong efisien (lean)

Sejauh ini, apa keputusan tersulit yang pernah Anda buat untuk tim dan perusahaan?

RPS: Pandemi di awal 2020 menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis dari berbagai industri di Indonesia. Terlebih saat itu perusahaan kami baru saja beroperasi secara penuh selama tiga bulan. Kami masih beradaptasi dalam berbagai hal. Tetapi karena keamanan seluruh tim merupakan prioritas utama, kami mengambil keputusan untuk melaksanakan WFH (Work From Home) 100 persen selama pandemi. Terdapat banyak perubahan yang terjadi dalam hal operasional dan perencanaan. Kami pun dituntut untuk dapat mengambil keputusan secara tepat dan cepat agar bisnis tetap berjalan dalam periode adaptasi tersebut. 

Bagaimana tantangan yang pernah dialami sebagai pengusaha perempuan?

YFS dan RPS: Ekosistem startup di Asia Tenggara dan Indonesia cukup beragam, dan kami merasa ada keseimbangan gender yang cukup berkembang. Saat pertama kali memulai, kami bertemu dengan sejumlah mitra yang sevisi sama dan mendukung sepenuhnya solusi yang kami lakukan untuk mengguncang industri kecantikan di Indonesia. Faktanya, 70 persen karyawan kami adalah perempuan, sementara 60 persen tim mitra kami, seperti investor, terdiri dari perempuan. Lingkungan kerja ini sangat memberdayakan. Adapun tantangan yang kami hadapi, biasanya berkisar di area bisnis seperti yang sepertinya juga dialami oleh founders lain. 

Apa prinsip utama yang membantu Anda memecahkan masalah tersebut, dengan kata lain apa kualitas yang harus dimiliki seorang pendiri usaha?

YFS dan RPS: Menjalankan bisnis, apalagi sebuah startup di mana segala sesuatunya bergerak cepat dan terkadang tidak terduga, kemampuan untuk tetap fokus dan kapasitas untuk memilah prioritas sangat penting untuk menjaga tim tetap stabil. Terlepas dari gender, memiliki kegigihan, ketahanan, dan adaptasi juga penting untuk menjaga diri tetap terkendali sebagai founder dan pemimpin ketika tantangan menghadang. Seorang founder perlu memiliki support system yang kuat secara personal dan profesional. 

Tahap dan Pendanaan Awal Startup

Bagaimana pengalaman presentasi pertama dengan investor?

YFS dan RPS: Saat presentasi bisnis (pitch) untuk pendanaan awal, ada sekitar sebelas orang di ruangan dan mayoritas adalah investor veteran di kancah startup Asia Tenggara. Tentu saja untuk kami berdua yang baru pertama kali melakukan pitch, suasana itu sangat menegangkan. Tetapi kami sangat senang karena dapat berdiskusi dengan para mitra yang berpengalaman. Kami juga menerima banyak masukan strategis mengenai proposisi produk dan rencana bisnis yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penawaran produk kami sebelum diluncurkan ke pasar. 

Apakah ada saran bagi sesama pendiri startup lain terkait proses pendanaan awal?

YFS dan RPS: Berdasarkan pengalaman kami, kebanyakan investor selalu melihat potensi pertumbuhan sebuah perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pendiri harus terlebih dahulu menyiapkan strategi serta peta jalan produk (product roadmap) dalam kurun waktu tertentu (milestone) agar investor dapat melihat proyeksi pertumbuhannya. Penting juga bagi startup tahap awal untuk menunjukkan Minimum Viable Product (MVP) tersebut. Kami melihat hal yang paling berharga di setiap proses pendanaan adalah ketika kami menerima banyak umpan balik yang relevan, terkait penawaran dan strategi produk kami. 

Bagaimana pendekatan Anda saat memilih investor yang akan diajak bekerja sama?

YFS: Setiap investor atau modal ventura memiliki fokus dan prioritas dalam hal putaran pendanaan atau funding round. Kami biasanya menentukan dulu mitra mana yang fokus berinvestasi pada tahap tertentu dan juga kecocokan antara visi mitra dengan pendiri. Setelah itu, kami biasanya meminta pertemuan perkenalan melalui mitra kami atau melalui founders’ network. Hampir layaknya proses kencan dengan tujuan pernikahan. Adapun dengan beberapa investor kami seperti Skystar Capital, kami percaya ini adalah cinta pada pandangan pertama. Selain  adanya jaringan kuat milik Skystar Capital yang dapat memberikan dukungan strategis, kami juga memiliki visi dan pendekatan yang sama untuk membangun bisnis yang dapat berkembang pesat, tapi berkelanjutan. 

Impian dan Masa Depan BASE

Apa yang membuat Anda bersemangat menjalankan bisnis Anda?

YFS dan RPS: Pertumbuhan industri kecantikan dan juga wellness di Indonesia berkembang sangat pesat di era pandemi. Kami sangat bersemangat untuk meluncurkan lebih banyak produk inovatif yang dibutuhkan oleh konsumen milenial dan juga Gen-Z dalam waktu dekat. Salah satu hal yang kami nantikan juga adalah melakukan peluncuran produk ke segmen konsumen baru lewat perluasan area geografi. Kami juga menerapkan teknologi baru di platform kami untuk membuat pengalaman konsumen lebih mulus (seamless) dan efisien. 

Menurut Anda apa  rintangan baru ke depannya yang perlu diantisipasi?

YFS: Karena dinamika kerja di lingkup startup sangat gesit, rintangan merupakan sesuatu yang tak dapat terhindarkan dalam perjalanan membangun sebuah perusahaan. Tetapi itulah yang membuat dinamika startup menarik, karena kami dapat menyelesaikan masalah secara efisien sambil memberikan layanan terbaik kepada konsumen. Contohnya, saat pandemi seperti sekarang, di mana tidak ada yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi ke depan dan juga kebijakan pemerintah seperti apa yang akan diterapkan. Sistem manajemen risiko kami terapkan dalam berbagai proses untuk memastikan bisnis kami tidak terpengaruh signifikan oleh ketidakpastian tersebut. 

Dari kutipan wawancara bersama Yaumi dan Ratih ini, dapat disimpulkan bahwa membangun bisnis dan meluncurkan produk yang inovatif ke pasar bukanlah hal yang mustahil, tapi juga bukan hal yang mudah. Tidak ada yang bisa melakukannya sendiri dan berharap hasil baik yang instan. Dibutuhkan tim yang luar biasa kompak dan kompeten, serta dalam bentuk dan ukuran yang adaptif dari waktu ke waktu. Senantiasa hargailah dan kembangkan keahlian anggota tim yang tergabung. “Jika saat ini Anda sedang membangun perusahaan sendiri, menurut saya penting untuk menjaga kesejahteraan tim Anda. Sebagai startup, aset paling berharga yang Anda miliki adalah tim yang percaya pada Anda sebagai pemimpin, pada misi Anda, dan produk kita,” tutur Yaumi menambahkan.

Tak hanya itu, penting bagi pendiri startup untuk terus membangun relasi seluas-luasnya demi keberlangsungan bisnis serta memiliki sifat terbuka untuk mempelajari hal-hal baru agar dapat terus beradaptasi dengan perkembangan industri. “Terkadang membangun sebuah bisnis membuat founder tidak sempat untuk melakukan self-development. Hal itu merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh founder untuk selalu mengalokasikan waktu untuk belajar. Dengan skill pemimpin yang terus berkembang, maka perusahaan dan timnya juga akan ikut berkembang,” tutup Ratih. 

(Penulis: Gabriella Thohir | Investment Associate Skystar Capital | Skystar Capital – Pemodal Ventura – membantu akselerasi bisnis rintisan yang berfokus pada pendanaan awal)