Mencari pemodal ventura (venture capital – VC) yang bersedia melakukan kerja sama agar startup dapat berjalan berkesinambungan merupakan sebuah tantangan. Akan tetapi, tantangan ini bukan tanpa alasan. Hal ini dikarenakan VC semakin selektif dalam berinvestasi, terlebih di masa ketidakpastian ekonomi global dan ancaman resesi di tahun mendatang.
Mengutip Kompas.id, data dan penilaian kualitatif menjadi faktor fundamental bagi VC untuk berinvestasi. VC melakukan analisis terhadap kapabilitas startup secara potensi bisnis produk dan tren pasar, serta seberapa efisien perusahaan rintisan mengelola sumber dayanya.
Karena VC berinvestasi pada perusahaan privat, banyak juga kekeliruan atau mitos yang beredar mengenai VC yang terkadang membuat perusahaan rintisan memiliki persepsi yang salah terhadap institusi VC, sehingga tidak bisa mengumpulkan pendanaan dari VC atau justru tidak tepat untuk mencari dukungan dari VC.
Lantas, mitos apa saja yang ada dalam dunia VC?
1. Pitch Deck Cukup Untuk Fundraising
Presentasi merupakan langkah awal dalam proses memperkenalkan perusahaan rintisan kepada calon investor. Akan tetapi, presentasi jangan sampai melupakan faktor-faktor fundamental, seperti mengapa perusahaan rintisan yang diajukan layak mendapatkan modal, traksi perusahaan dan bagaimana model bisnis perusahaan bisa tetap relevan dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi.
Tak perlu juga melebih-lebihkan nilai perusahaan dan terlalu berfokus pada ide yang belum diwujudkan. Pasalnya, penting untuk tetap realistis dalam menilai valuasi startup. Pendek kata, presentasi yang dilakukan sudah sepatutnya mengacu pada proyeksi keuangan yang sifatnya rasional dan matriks operasional yang fundamental. Selain mempersiapkan data-data bisnisnya, founder juga perlu memahami karakteristik VC dari portofolio investasi sebelumnya di berbagai pemberitaan maupun jejaring VC, misalnya. Hal ini penting karena masing-masing VC memiliki tesis investasi yang mungkin berbeda satu sama lainnya.
2. Venture Capital adalah Satu-satunya Sumber Dana
Dapat bekerja sama dengan VC adalah hal yang baik, tetapi bukanlah sebuah kewajiban. Bila kita kerap menemui ketidakcocokan dengan VC, tidak ada salahnya melihat alternatif lain, yaitu angel investor.
Melansir dari Kompas.com, angel investor adalah individu yang menginvestasikan dana pribadinya terhadap sebuah startup, berbeda dengan VC yang merupakan badan usaha yang bergerak dalam pembiayaan/penyertaan modal pada startup.
Oleh karena itu, kriteria yang ditetapkan angel investor dan perusahaan modal ventura akan berbeda. White dan Dumay (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam menentukan perusahaan rintisan untuk diinvestasi, angel investor akan mempertimbangkan visi dan misi, kemampuan manajerial startup, rancangan bisnis, serta pengalaman dan latar belakang pendiri startup.
Sementara mengenai VC, Pramana (2019) mengungkapkan bahwa penting bagi startup untuk memiliki kondisi keuangan yang sehat, produk yang berkualitas dan memenuhi standar, serta pasar yang tepat. Selain itu, startup dengan produk yang sudah melalui fase Minimum Viable Product (MVP) memiliki peluang untuk mendapat pendanaan lebih besar karena produknya yang sudah teruji pasar.
3. Penolakan Berarti Kegagalan
Perasaan ditolak pastinya membuat sedih. Akan tetapi, perasaan sedih dan penolakan bukanlah alasan untuk berhenti berjuang meraih kesuksesan. Penolakan bisa membuat kita belajar kembali mengenai startup yang sedang dirintis, seperti meninjau ulang target pasar, produk atau jasa yang akan dijual, dan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat. Itu sebabnya, penting untuk terus optimis dan tidak menganggap penolakan sebagai kegagalan yang menyebabkan kita berhenti berjuang. Justru hal tersebut hendaknya menjadikan Founder lebih rendah hati untuk terus mengevaluasi model bisnis hingga produknya.
4. Venture Capital Menjamin Kesuksesan
Tidak sedikit tantangan dan masalah yang dihadapi dalam merintis usaha, terlebih pada hal finansial. Kehadiran VC dalam menjalin kerja sama inilah yang seringkali ditunggu-tunggu startup. Nyatanya, memperoleh suntikan dana dari VC tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan yang berkesinambungan. Ada ribuan startup yang berhenti di tengah jalan karena terlena setelah mendapat dukungan dari VC. Itulah mengapa, penting untuk mengetahui dan membuat rancangan apa yang akan dilakukan dengan dana yang berasal dari VC.
Hindari juga mengambil tindakan jangka pendek dan terkesan mudah, apalagi menghambur-hamburkan uang milik perusahaan karena ada uang investor dan masa depan startup yang harus dipertanggungjawabkan. Intinya, founder harus bisa memprioritaskan alokasi pendanaan untuk pengembangan bisnisnya dan mengantisipasi perubahan pasar.
5. Venture Capital Mengetahui Segalanya
Selain dana segar, tidak jarang VC juga akan membawa beragam relasi juga opini untuk startup yang sedang dirintis. Akan tetapi, bukan berarti VC mengetahui segalanya. Karena pada akhirnya, pelaku usaha rintisan yang menentukan apakah opini VC layak dan cocok dijalankan untuk pengembangan bisnis.
Terlepas dari semua mitos tentang VC, tidak bisa dimungkiri bahwa VC, sebagai partner strategis memiliki peran besar dalam perkembangan startup. Meskipun begitu, pelaku usaha rintisan atau startup tidak boleh lepas tangan atas startup yang sedang dibangun dan mudah puas.
Ingin tahu lebih lanjut perihal VC dan bagaimana memulai dan mengembangkan startup? Skystar Capital, perusahaan modal ventura, menyediakan waktu untuk berdiskusi, brainstorm, network, atau pitch, di setiap Jumat ke-4 di setiap bulannya. Mari terhubung dengan Skystar Capital di akun resmi Instagram dan Linkedin yang siap menemani langkah perjalanan startup Anda!