Calon pengusaha mana yang tidak ingin sukses? Setiap perintis usaha startup pasti ingin meraih keberhasilan mereka masing-masing. Mungkin saja kelak mereka ingin menjadi pengusaha ternama sekelas Ferry Unardi, William Tanuwijaya, atau bahkan pengusaha eksentrik Nadiem Makarim yang menduduki posisi sebagai Menteri Pendidikan Indonesia sekarang. Namun, kegagalan dapat terjadi kapan saja, bahkan pada tahap paling awal didirikannya startup.
Tidak seperti bisnis pada umumnya, perusahaan rintisan atau startup memiliki objektif dan misi yang sedikit berbeda. Mengutip Forbes, startup didefinisikan sebagai perusahaan baru yang menggunakan inovasi untuk menciptakan produk atau layanan yang unik, belum pernah ada, sekaligus dapat mendisrupsi produk serupa yang sudah ada sebelumnya.
Dengan sifatnya yang tergolong inovatif dan disruptif, tidak heran apabila ada banyak tantangan untuk bertahan sehingga tingkat kegagalannya juga jauh lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pada fase penciptaan ide (ideation) mereka belum mencapai tahap pertumbuhan atau menentukan keselarasan produk (product fit). Hal ini diperkuat dengan banyak penelitian terhadap keberhasilan startup dalam satu dekade terakhir. Laporan Startup Genome 2019 menyatakan bahwa hanya satu dari 12 pengusaha tercatat memiliki sepak terjang bisnis yang baik.
Ada lebih dari 90 persen perusahaan rintisan gagal bertahan. Salah satu bukti yang paling banyak dikutip adalah dari laporan internal Skystar Capital yang menyimpulkan: 20 persen tingkat kegagalan terjadi hingga akhir tahun pertama, 30 persen kegagalan terjadi di tahun kedua, 50 persen kegagalan terjadi hingga akhir tahun kelima, dan 70 persen kegagalan terjadi di tahun kesepuluh.
Kami menemukan bahwa ada tiga alasan kuat atas kegagalan perusahaan rintisan, yaitu mulai dari ketidaksesuaian pasar untuk produk yang ditawarkan, masalah pemasaran, dan performa kerja tim yang buruk. Ketiga hal ini dapat saja terjadi akibat kesalahan yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak akibat kelalaian yang dimulai dari sang pemimpin.
Meski sebagian besar pengusaha startup tidak memiliki kesulitan dalam menetapkan visi atau tujuan perusahaannya, tetapi besar kemungkinan untuk mereka gagal mengantisipasi atau bahkan menyadari bahwa ada banyak rintangan dalam proses pengembangan bisnis. Oleh karena itu, pendiri sekaligus pemimpin perusahaan rintisan harus memiliki wawasan yang baik tentang hal apa yang harus dihindari agar tidak terjerumus pada kesalahan fatal yang berpotensi besar mematikan usahanya.
Belajar dari banyak pengalaman, Principal dari Skystar Capital, Juvenco berbagi tentang beberapa kesalahan umum yang sering ia temukan dari pengusaha startup tahap awal. Ini dapat menjadi gambaran bagi Anda, para calon pengusaha startup, agar tak lagi mengulanginya.
-
Memberi solusi pada masalah yang tidak begitu dipedulikan
Meskipun tidak begitu menyukainya, satu atau dua dari sekian banyak pendiri startup mungkin akan perlahan belajar mencintai produknya sendiri. Namun, ada banyak dari mereka yang akhirnya gagal akibat kehilangan motivasi untuk terus menjalankan perusahaanya. Sebagian besar berkaitan dengan fakta bahwa mereka sesungguhnya tidak begitu menyukai atau peduli akan apa masalah yang diselesaikan melalui inovasinya.
Memang tidak begitu fatal, tetapi kesalahan ini sering kali ditemukan pada para pendiri perusahaan rintisan. Mereka terjebak pada pemikiran bahwa inovasi harus selalu dimulai dengan sekadar mencari masalah yang sedang dihadapi banyak orang atau masalah yang mudah diselesaikan saja. Padahal, mereka sendiri tidak benar-benar bersedia meluangkan waktu untuk memecahkan masalah tersebut dengan sepenuh hati, sebab pembentukan solusi ini bukanlah sebuah proses singkat dalam satu atau dua tahun kerja saja.
-
Tidak peduli pada pengguna yang dibantu
Saat menciptakan inovasi, seorang pendiri startup harus mencurahkan seluruh hatinya pada apa yang ia lakukan, termasuk untuk siapa ia melakukannya. Salah satu contoh kasus adalah tentang perusahaan startup penyedia layanan siaran langsung atau live-streaming di Amerika Serikat.
Awalnya mereka sangat bersemangat dengan gagasan produk yang bertujuan memudahkan siapa pun melakukan siaran video langsung ke teman-teman secara daring. Namun, mereka tidak begitu menyukai pengguna yang memilih menggunakan platform mereka hanya dengan alasan mengikuti tren untuk dapat terus berkembang.
Maka dari itu, salah satu pendiri perusahaan memutuskan untuk memfokuskan layanan siaran langsung tersebut untuk permainan video daring. Kecintaan sang pendiri akan dunia video game membuatnya ingin memberikan nilai lebih pada komunitasnya. Inilah yang mendorong perusahaan tersebut terus berkembang dan sukses di ranahnya hingga saat ini.
-
Memilih rekan pendiri yang tidak terlalu dikenal
Memutuskan dengan siapa Anda akan bekerja dalam jangka waktu lama pasti harus melalui proses yang tidak sebentar. Sebab, kecocokan dan keterikatan dengan rekan kerja termasuk pemicu keberhasilan Anda. Begitu juga dengan memilih rekan bisnis, dalam hal ini sebagai rekan pendiri bisnis (co-founder), penting bagi kita untuk mengenal dekat dan merasa cocok dengan mereka.
“Startup itu sulit,” ungkap Juvenco. Maka, akan sangat menyenangkan apabila Anda didampingi dengan rekan yang sudah Anda kenal baik karakter dan cara kerjanya. Masa-masa sulit akan terasa lebih ringan dipikul bersama orang yang Anda percaya. “Memiliki kedekatan dan konteks dengan mereka akan sangat membantu Anda. Setidaknya Anda tidak hanya menemukan mereka di jalanan kemarin hari,” lanjutnya.
-
Tidak terbuka dengan rekan pendiri lain
Berandai-andai apakah rekan pendiri bekerja sekeras Anda? Apakah mereka memiliki keselarasan tujuan? Bagaimana pembagian tugasnya nanti? Sederet pertanyaan itu hanya akan berputar-putar di kepala Anda tanpa kepastian jawaban yang jelas jika tidak dikomunikasikan secara transparan dengan rekan pendiri Anda.
Tidak jarang pendiri terlanjur tidak jujur tentang banyak hal dengan pendiri lainnya. Akhirnya kualitas hubungan menurun akibat permasalahan yang menumpuk dan berujung pada pertengkaran yang berpotensi membahayakan startup yang dibangun bersama. Juvenco menyarankan bahwa semua hal harus disampaikan secara terbuka. Lakukan pembagian peran secara jelas terhadap skenario yang dapat dihadapi perusahaan di masa mendatang.
-
Menunda-nunda peluncuran produk
Tidak siap dengan semua kemungkinan dan eksposur saat perusahaan Anda diluncurkan? Anda harus memikirkan hal ini dengan baik-baik. Pada dasarnya, perilisan produk atau perusahaan memang merupakan hal penting bagi pendiri, tetapi belum tentu sama pentingnya bagi calon pengguna. Oleh sebab itu, seharusnya pendiri tidak menunda-nunda peluncuran mereka ke publik.
Guna mengetahui apakah inovasi startup bermanfaat bagi banyak pengguna, maka solusi yang ditawarkan harus terlebih dahulu diluncurkan dan digunakan oleh lebih banyak orang. Semakin cepat perilisannya, semakin cepat juga proses validasi kegunaan produk atau layanan yang ditawarkan.
-
Tidak memahami pemanfaatan data analitik
Analisis data atau penggunaan fitur analitik tidak jarang dilewatkan para pendiri. Padahal, bagian penting dari mengembangkan sebuah produk adalah dengan mengukur apa yang banyak digunakan, apa yang tidak bekerja dengan baik, dan apa yang dilakukan pengguna Anda ketika mengakses solusi yang Anda ciptakan. Dari sinilah seharusnya pendiri dapat melakukan evaluasi dan menyusun ulang strategi bisnis dan pengembangan produk yang dibutuhkan.
-
Tidak tahu target pasar
Bisnis Anda dalam masalah besar jika Anda tidak tahu ke mana dan kepada siapa produk harus dipasarkan. Kembali pada poin kedua tentang kepedulian terhadap pengguna yang akan dibantu melalui solusi yang pendiri berikan, artinya sebagai pendiri, Anda harus sudah tahu siapa target pasar Anda, siapa yang seharusnya disasar ketika ingin menjual produk yang Anda ciptakan.
Ingatlah bahwa untuk menciptakan inovasi, harus didasari pada suatu masalah yang ingin Anda selesaikan. Kemudian, Anda juga harus tahu siapa yang akan merasa terbantu dengan solusi yang Anda berikan. Oleh karena itu, lakukanlah riset sederhana mulai dari orang -orang atau lingkungan terdekat Anda.
-
Memiliki manajemen prioritas yang buruk
Banyak kasus menyoroti pendiri yang hanya fokus pada investor atau tentang bagaimana mereka akan mendapatkan pendanaan. Padahal, hal penting yang mereka lewatkan adalah memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada calon pelanggan untuk menggunakan produk yang ditawarkan.
Tugas pendiri adalah mendorong terciptanya produk, memberi kesempatan untuk orang-orang mengenali produk itu, mengevaluasi, memperbaiki kekurangannya, dan kembali lagi ke pengguna. Siklus ini harus terus dilakukan hingga pengguna yang disasar merasa nyaman dengan produk dan akan terus kembali menggunakannya.
Perjalanan menuju tujuan bisnis yang sukses tidak selalu semulus kelihatannya. Jatuh bangun pasti dialami para inovator sekaligus pengusaha dunia sebelum mereka mencapai puncak kejayaan. Bahkan, pengusaha paling berpengalaman sekalipun tidak luput dari kesalahan, yang mungkin sebagian besar tidak ingin mereka bicarakan. Apalagi bagi pendiri startup di tahap awal.
Melakukan satu atau dua kesalahan tidak berarti Anda akan gagal sepenuhnya. Tentu ada banyak pula pendiri startup yang melakukan kesalahan-kesalahan ini di awal, tetapi tetap berhasil membawa perusahaannya ke gerbang keberhasilan. Mereka menjadikan kelalaian ini sebagai batu loncatan. Namun, jika Anda ingin meningkatkan peluang kesuksesan perusahaan rintisan yang Anda bangun, usahakanlah untuk meminimalisir beberapa kesalahan tersebut. Toh, tidak ada untungnya mengulangi kesalahan yang sama, bukan?
(Penulis: Juvenco Pelupessy | Principal at Skystar Capital | Skystar Capital – Pemodal Ventura – membantu akselerasi bisnis rintisan yang berfokus pada pendanaan awal)