Ekonomi digital Indonesia telah berkembang pesat dari $40M pada 2019 menjadi $70M pada 2021. Temasek, Bain, dan Google memprediksi nilainya akan mencapai $330M pada 2030 (Rasyid dkk., 2023). Startup menjadi salah satu katalis utama dalam ekosistem ini. Salah satu tolok ukur kesuksesannya adalah valuasi bisnis yang berperan dalam menentukan nilai startup untuk tujuan pendanaan, akuisisi, atau penilaian internal. Namun, menentukan valuasi yang akurat sering kali menantang karena karakteristik unik dari bisnis awal ini.

Dalam acara “Skystar Ventures UMN x StartupLokal” dengan tema “The Art of Business Valuation” yang diselenggarakan pada Kamis, 6 Juni 2024, Abraham Hidayat, Managing Partner Skystar Capital, membawakan materi mengenai lima metode valuasi di depan lebih dari 25 audiens yang mayoritas adalah pengusaha.

Apa yang Membuat Valuasi Startup Penting?
Valuasi startup tidak hanya menentukan nilai perusahaan saat ini, tetapi juga memprediksi potensi pertumbuhannya. Bagi pendiri startup, valuasi yang tepat bisa memengaruhi kemampuan mereka mendapatkan dana untuk merencanakan pertumbuhan strategis.

Bagi investor, valuasi membantu menilai risiko dan potensi keuntungan. Menurut PwC, valuasi juga bisa menjadi acuan untuk melakukan pendekatan yang berbeda karena informasi historis suatu startup kerap terbatas. Indikator-indikator, seperti pengalaman manajemen, komposisi tim, jumlah pengguna pendapatan, target pasar, atau pengembagan historikal produk, masuk dalam penilaian aspek investor.

Metode Valuasi yang Umum Digunakan

1. Round Norms
Merupakan metode valuasi yang membandingkan nilai sebuah startup dengan perusahaan serupa yang baru saja mendapatkan pendanaan. Metode ini melibatkan penelitian data pasar terkini (kinerja startup, kondisi pasar, dan sentimen investor) dari platform seperti Crunchbase atau PitchBook untuk menetapkan nilai dasar. Metode ini menampilkan nilai realistis terkini untuk membantu investor serta pengusaha mendapatkan gambaran praktis dan relatif akurat terhadap nilai sebuah startup.

2. Discounted Cash Flow (DCF)
Metode valuasi yang memproyeksikan arus kas masa depan dan mendiskon arus kas tersebut ke nilai saat ini. Kelebihannya adalah fokus pada masa depan dan kemampuan untuk memperhitungkan risiko. Namun, metode ini sensitif terhadap data dan asumsi yang digunakan serta subjektivitas dalam estimasi.

3. Public Market Multiples
Metode ini membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis yang sudah eksis di publik. Kelemahannya adalah terkadang tidak dapat menangkap aspek unik dari perusahaan yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar. Jika rasio Price-to-Earnings (P/E)-nya tinggi, startup tersebut diperkirakan akan bertumbuh pesat.

4. Precedent Transactions
Metode ini melibatkan analisis transaksi Merger & Acquisition (M&A) terdahulu untuk menilai perusahaan dalam industri yang sama, mulai dari ukuran, prospek pertumbuhan, dan profil risiko. Kelebihan dari metode ini adalah kesederhanaan dan data berdasarkan pasar. Namun, ketersediaan data bisa menjadi tantangan, terutama di industri niche, yang sulit menemukan perusahaan sebanding.

5. Return Considerations
Metode ini merujuk pada pertimbangan tingkat pengembalian investasi (ROI) yang diharapkan oleh para investor. Semakin tinggi risiko, pengembaliannya pun demikian. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, seperti tingkat risiko, ekspektasi pertumbuhan, jenis investasi, dan kompetisi pasar.

Bersama Skystar Capital, kami bertujuan untuk membantu startup yang ingin berkontribusi sebagai katalis pertumbuhan. Dengan memanfaatkan jaringan kami yang luas di berbagai sektor–termasuk media, jasa keuangan, layanan kesehatan, perhotelan, dan pendidikan–kami siap menciptakan dampak positif untuk membantu memberdayakan startup dan memfasilitasi pertumbuhannya.

Siap membawa startup ke level selanjutnya? Kirimkan proposal Anda di sini atau mulailah obrolan dengan kami melalui contact@skystarcapital.com. Temukan kegiatan insightful lainnya dari Skystar Capital dengan mengikuti akun media sosial kami di LinkedIn dan Instagram.