Perusahaan-perusahaan fintech global berlomba-lomba memasuki pasar Asia-Pasifik, terpikat oleh potensi pertumbuhan yang tinggi, ekosistem digital yang berkembang, dan populasi yang sangat besar yang membutuhkan inklusi keuangan. Seiring dengan semakin kokohnya posisi Asia Pasifik sebagai pusat fintech, kawasan ini tidak hanya menawarkan peluang, tetapi juga tantangan baru yang membentuk ulang pasar keuangan global.
Dari data yang dikumpulkan oleh Statista, jumlah perusahaan fintech global saat ini mencapai 29.955, dengan 5.886 di antaranya, atau sekitar 19,6%, berada di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2024. Asia-Pasifik telah membukukan tingkat pertumbuhan fintech tahunan rata-rata sebesar 24% selama lima tahun terakhir, yang mencerminkan pengaruhnya yang terus meningkat. Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan fintech dunia tetap terkonsentrasi di Amerika dan Eropa.
Pertumbuhan Nilai Transaksi di Asia-Pasifik Melampaui Global Peers
Meskipun Asia-Pasifik belum menjadi kawasan yang dominan dari sisi jumlah fintech, nilai transaksinya secara konsisten melampaui kawasan lain, termasuk Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Selatan. Selama satu dekade terakhir, nilai transaksi di Asia telah tumbuh rata-rata 18,4% per tahun, dengan total nilai transaksi pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai USD 6,05 triliun. Tren peningkatan ini diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga berpotensi menempatkan Asia sebagai pemimpin global pada tahun 2028.
Prospek ekonomi Asia Pasifik yang cerah juga menjadi daya tarik kawasan ini untuk investasi. Menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terbaru, pertumbuhan PDB Asia-Pasifik akan mencapai 4,5% pada tahun 2024, mengungguli proyeksi pertumbuhan global sebesar 3,2% untuk periode yang sama. Pasar negara berkembang dan negara berkembang (EMDE) di Asia-Pasifik diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%, dengan negara-negara maju di kawasan ini diproyeksikan tumbuh sebesar 1,6%.
Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia-Pasifik IMF, telah mencatat bahwa “ekonomi Asia-Pasifik tetap menjadi kawasan paling dinamis di dunia, berkontribusi sekitar 60% terhadap pertumbuhan global pada tahun 2024.”
Tantangan Investasi Fintech Global di Tahun 2024
Terlepas dari prospek ekonomi yang positif, industri fintech global masih menghadapi berbagai tantangan di tahun 2024. Ketidakpastian geopolitik dan suku bunga yang tinggi telah menyebabkan penurunan investasi fintech global sebesar 16,8%, dari USD 62,3 miliar pada akhir 2023 menjadi USD 51,9 miliar pada awal 2024. Ini menandai tingkat investasi fintech global terendah sejak awal tahun 2020.
Penurunan ini berdampak pada semua wilayah, termasuk Asia-Pasifik. Pada paruh pertama tahun 2024, investasi fintech di Asia-Pasifik turun menjadi USD 3,7 miliar dari USD 4,6 miliar pada periode yang sama di tahun 2023. Pergeseran ini mencerminkan pola pikir investor yang terus berkembang, yang semakin mengutamakan model bisnis yang kuat daripada pertumbuhan yang cepat dan tidak berkelanjutan.
Tingkat suku bunga yang tinggi saat ini membuat biaya modal menjadi lebih mahal, berkontribusi pada iklim investasi yang lebih selektif. Karena itu, investor fokus pada perusahaan yang menunjukkan jalur profitabilitas yang jelas daripada mengejar usaha yang berisiko tinggi. Ketidakpastian ekonomi, termasuk kekhawatiran akan resesi dan ketegangan geopolitik, semakin mengurangi sentimen investor di seluruh wilayah, terutama yang mempengaruhi transaksi-transaksi dalam jumlah besar.
Melihat ke depan hingga paruh kedua tahun 2024, investasi fintech diperkirakan akan tetap lemah karena biaya modal yang tinggi dan ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung. Namun, ada beberapa optimisme terkait volume transaksi karena investasi tahap awal terus berkembang di tengah lingkungan pasar yang penuh kehati-hatian ini.
Minat Investor yang Berkelanjutan di Tengah Penurunan Total Investasi
Meskipun terjadi penurunan investasi secara keseluruhan, sektor fintech Asia-Pasifik tetap menjadi titik fokus bagi para investor. Jumlah transaksi meningkat dari 406 transaksi pada paruh kedua tahun 2023 menjadi 438 transaksi pada paruh pertama tahun 2024. Peningkatan volume transaksi ini menggarisbawahi daya tarik kawasan ini yang bertahan lama, meskipun jumlah total investasi telah menyusut.
Peningkatan volume transaksi juga menunjukkan minat yang stabil pada fintech tahap awal yang lebih kecil daripada investasi besar dan berisiko tinggi. Pergeseran volume transaksi ini mencerminkan kehati-hatian investor—fokus pada usaha yang berkelanjutan dan berisiko lebih rendah, dengan banyak investor sekarang memprioritaskan perusahaan tahap awal yang mengeksplorasi bidang-bidang inovatif seperti AI dan fintech ramah lingkungan daripada proyek-proyek besar dan padat modal.
Menurut KPMG, beberapa investasi terbesar di Asia-Pasifik pada awal tahun 2024 termasuk investasi senilai USD 280 juta di perusahaan jasa keuangan yang berbasis di Tiongkok, Yi’an Enterprise, investasi senilai USD 195 juta di Ascend yang berbasis di Thailand, dan investasi senilai USD 150 juta di perusahaan Australia, Camms. Tren ini menandakan “flight to quality” dalam lanskap fintech Asia Pasifik.
Meningkatnya Aktivitas M&A di Sektor Fintech Asia Pasifik
Aktivitas merger dan akuisisi (M&A) juga meningkat di Asia Pasifik. Pada 2022, kawasan ini mencatatkan nilai M&A fintech tertinggi, dengan total USD 33,9 miliar dalam 129 transaksi. Meskipun aktivitas M&A lebih matang di pasar-pasar seperti Amerika Serikat dan Eropa, Asia-Pasifik juga terlihat semakin sering perusahaan-perusahaan besar mengakuisisi perusahaan rintisan untuk meningkatkan pangsa pasar dan mendorong inovasi.
Pada tahun-tahun berikutnya, lanskap M&A mengalami pergeseran yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi. Pada 2023, dengan total USD 0,3 miliar di 103 transaksi, nilai investasi mulai menurun karena kenaikan suku bunga dan inflasi yang menyebabkan investor menjadi lebih berhati-hati. Pada paruh pertama tahun 2024, aktivitas M&A di Asia Pasifik semakin menurun menjadi USD 0,3 miliar dari 31 transaksi.
Sektor fintech mengalami pengaturan ulang valuasi yang substansial pasca-2022, menyusul puncak valuasi yang didorong oleh tingginya permintaan di era pandemi untuk solusi keuangan digital. Ketika valuasi menjadi normal, muncul kesenjangan antara apa yang diharapkan penjual dan apa yang bersedia dibayar oleh pembeli, yang menyebabkan lebih sedikit transaksi besar dan perlambatan aktivitas M&A secara keseluruhan. Investor semakin fokus pada investasi atau akuisisi tahap awal yang lebih kecil dengan jalur yang lebih jelas menuju profitabilitas.
Peluang besar untuk Fintech di Asia-Pasifik
Asia-Pasifik telah berkembang pesat menjadi pusat bagi perusahaan-perusahaan rintisan yang inovatif, menarik para investor yang ingin memanfaatkan peluang pertumbuhan di pasar-pasar yang belum terlayani. Diperkirakan pasar fintech di kawasan ini dapat mencapai 147,69 miliar dolar AS pada tahun 2024 dan tumbuh lebih jauh dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lebih dari 16%, berpotensi meningkat dua kali lipat pada tahun 2029.
Beberapa proyeksi bahkan mengindikasikan kemungkinan CAGR sebesar 27%, yang dapat menjadikan Asia-Pasifik sebagai pasar fintech terbesar di dunia pada tahun 2030. Dengan ekosistem yang luas dan potensi pertumbuhan yang besar, kawasan ini diperkirakan memiliki dampak transformatif pada lanskap layanan keuangan global.
Beberapa faktor pendorong, salah satunya adalah lingkungan regulasi yang mendukung inovasi di banyak negara Asia Pasifik. Pemerintah semakin banyak membangun regulasi sand box dan menerapkan kebijakan yang mendorong persaingan dan pertumbuhan startup fintech. Hal ini telah menciptakan lingkungan yang mendukung di mana teknologi baru dapat berkembang dan memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam.
Sebagai rumah bagi 60% populasi dunia, Asia-Pasifik juga memberikan keuntungan unik bagi industri fintech. Besarnya jumlah penduduk yang tidak memiliki rekening bank dan yang tidak memiliki rekening bank memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan fintech untuk mengatasi inklusi keuangan. Dengan memanfaatkan teknologi seperti pembayaran digital, platform kredit online, dan asuransi digital, perusahaan-perusahaan fintech dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kurang terlayani.
Selain itu, tren investasi menunjukkan minat yang kuat terhadap fintech di seluruh kawasan ini meskipun ada fluktuasi dalam merger dan akuisisi baru-baru ini. Modal ventura dan ekuitas swasta terus mengalir ke sektor fintech, terutama di bidang pembayaran digital, asuransi, dan teknologi blockchain.
Tren Investasi Fintech di Indonesia
Indonesia memiliki posisi yang baik sebagai pemain kunci di lanskap fintech Asia Pasifik karena potensi pasarnya yang sangat besar dan transformasi digital yang sedang berlangsung. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftect) mencatat jumlah perusahaan fintech Indonesia mencapai 336 perusahaan di tahun 2023, atau meningkat tujuh kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menggarisbawahi evolusi sektor fintech Indonesia yang sangat cepat.
Lanskap investasi fintech di Indonesia sangat kuat, dengan pertumbuhan pengguna pasar fintech yang signifikan di semua segmen. Menurut proyeksi Statista Research Department, pengguna fintech di Indonesia terus meningkat rata-rata 18% per tahun dalam satu dekade terakhir, dari tahun 2018 hingga 2028. Dalam hal ini, segmen pembayaran digital mencapai nilai tertinggi sebesar 205 juta pengguna pada tahun 2028.
Transaksi fintech yang diungkapkan di Indonesia memiliki nilai pendanaan sebesar USD 0,77 miliar pada tahun 2023. Gojek menerima pendanaan investasi tertinggi pada tahun 2021. Adapun Xendit menerima pendanaan paling besar pada Februari 2024, setelah mengumpulkan USD 538 juta, diikuti Akulaku sebesar USD 264 juta. Perusahaan rintisan lain yang mendapat pendanaan besar adalah Ajaib, dan Dana. Investasi-investasi besar ini telah berkontribusi pada kemunculan Indonesia sebagai pusat inovasi fintech, dan kini menjadi rumah bagi enam unicorn fintech.
Dalam lanskap fintech Indonesia, perusahaan-perusahaan pemberi pinjaman memegang posisi sentral, dengan jumlah 106 dari 336 perusahaan fintech yang terdaftar. Keunggulan sektor ini semakin dipertegas dengan pangsa investasi yang cukup besar, dengan pinjaman alternatif menyumbang 84% dari total pendanaan fintech. Per Maret 2024, pasar pinjaman fintech di Indonesia terdiri dari 94 perusahaan konvensional dan tujuh perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Minat Investor terhadap Teknologi Canggih
Minat investor terhadap pasar tekfin Asia Pasifik terus meningkat, didorong adopsi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML). Teknologi-teknologi ini meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan, membuat penawaran tekfin menjadi lebih menarik. Mulai dari penilaian risiko kredit hingga chatbot layanan pelanggan yang didukung oleh AI. AI memainkan peran penting dalam evolusi fintech di Asia Pasifik, dengan banyak perusahaan yang menggunakan analisis data besar untuk memahami perilaku pelanggan dengan lebih baik.
Mengintegrasikan teknologi AI dan ML ke dalam layanan keuangan juga berkontribusi pada kemunculan bank digital, terutama di negara-negara dengan populasi yang kurang terlayani oleh sistem perbankan tradisional. Pergeseran ini menciptakan peluang baru bagi konsumen untuk mengakses layanan keuangan yang sebelumnya tidak tersedia. Negara-negara seperti Indonesia dan Filipina mengalami pertumbuhan yang signifikan di sektor ini.
Dengan populasi yang besar, adopsi teknologi yang cepat, dan dukungan pemerintah yang terus meningkat, Asia Pasifik siap untuk menjadi pusat kekuatan dalam ekosistem fintech global. Bagi para pendiri dan investor yang mencari peluang investasi yang berkelanjutan dan berdampak, sekaranglah saatnya untuk terlibat. Hubungi Skystar Capital untuk mengetahui bagaimana Anda dapat menjadi bagian dari revolusi keuangan Asia-Pasifik.
Skystar Capital bangga menjadi pendukung pertama para visioner. Dengan keahlian lokal yang mendalam dan jaringan yang luas di pasar Indonesia, kami siap mendukung solusi inovatif Anda untuk memajukan Indonesia. Kirimkan proposal bisnis Anda di sini!
Ikuti kami di LinkedIn, YouTube, dan Instagram untuk update terbaru!