Di Indonesia, startup semakin digandrungi. Menurut Startup Ranking, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah perusahaan startup terbanyak di dunia pada 2022. Tercatat, ada 2.444 startup yang menempatkan Indonesia di urutan keenam terbanyak di dunia dan urutan pertama di Asia Tenggara.
Meski perkembangannya pesat, mendirikan perusahaan startup tentu bukan hal mudah. Pasalnya, startup memerlukan sokongan dana dari para investor untuk mengembangkan bisnisnya. Selain itu, startup juga harus punya strategi yang matang dan tujuan jelas agar mampu bertahan di tengah gempuran situasi yang tak menentu. Salah satunya adalah strategi exit yang mencakup Merger dan Akuisisi (M&A) dan Initial Public Offering (IPO).
Apa Itu M&A dan IPO yang Kerap Dilakukan Startup?
Mengutip Entrepreneur, M&A merupakan proses penggabungan (merger) dan akuisisi. Merger terjadi ketika dua perusahaan yang berbeda bergabung untuk membuat perusahaan baru. Sementara akuisisi adalah upaya sebuah perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain dengan membelinya. Strategi ini sama-sama bertujuan untuk menyatukan sumber daya dan kekuatan perusahaan agar menjadi lebih baik. Alasan lainnya adalah mengurangi persaingan dan mendapatkan kerja sama yang juga lebih berdampak kepada para pemegang saham.
Menurut GlobalData, dalam periode Q1–Q3 2022 perusahaan yang banyak melakukan M&A bergerak di bidang teknologi, media, dan telekomunikasi. Sementara itu, menurut riset PwC, secara global, terdapat 26.431 perusahaan yang melakukan M&A selama pertengahan 2022. Meski nilainya menurun dari pertengahan 2021, yaitu 33.144 perusahaan, angka ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena situasi pandemi yang mulai mereda mengindikasikan kondisi keuangan hingga sumber daya perusahaan perlahan akan kembali pulih.
Sementara itu, Initial Public Offering (IPO) berarti startup menjual saham perusahaannya–yang semula merupakan kepemilikan pribadi– secara publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah melakukan IPO, perusahaan akan mendapatkan dana tambahan dari penjualan saham untuk membiayai pertumbuhan, membayar utang, atau diinvestasikan kembali. Selain itu, publik dapat memperoleh valuasi nilai perusahaan yang ditunjukkan melalui grafik saham.
Mengapa Startup Lakukan M&A atau IPO?
M&A dan IPO merupakan dua di antara beberapa strategi exit. Melansir Techcrunch, exit adalah strategi yang dilakukan oleh investor startup untuk mendapatkan return dari investasi nya. Bagi startup, exit adalah bagian dari rencana bisnis untuk memperoleh pendanaan yang akan mendukung perkembangan kedepannya. Strategi ini diwujudkan dengan menjual saham bisnis pribadi ke masyarakat melalui IPO, atau menjual ke perusahaan lain melalui M&A.
Strategi ini pun lazim dilakukan oleh startup di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut data Statista, pada 2022 terdapat empat startup yang exit dengan rincian tiga (M&A) dan satu (IPO). Sebut saja PT GoTo, hasil merger antara Gojek dan Tokopedia, yang melakukan IPO pada 11 April 2022. Ada pula Sirclo yang mengakuisisi Warung Pintar pada Januari 2022 karena adanya kesamaan misi, yaitu mempermudah seluruh pelaku usaha kecil dan menengah untuk berjualan secara daring maupun luring.
Namun, sebelum melakukan strategi exit, mengutip The Balance Money, ada beberapa faktor yang harus perusahaan startup perhatikan, yaitu (1) jika founder menjual saham kepemilikannya di startup tersebut, founder harus memutuskan perubahan peran dan keterlibatan di startup tersebut, (2) situasi keuangan dan ekspektasi terhadap hasilnya sebab sebelum melakukan M&A dan IPO startup memerlukan dana yang tak sedikit, dan (3) kompensasi terhadap investor dan proses mewujudkannya yang perlu dipertimbangkan secara matang agar hasilnya sesuai dengan kesepakatan serta ekspektasi. Tiga faktor ini perlu startup pertimbangkan agar strategi yang diterapkan bisa tepat sasaran atau objektif awal.
Dampaknya setelah Startup Lakukan M&A atau IPO
Dalam memutuskan M&A atau IPO, sama-sama dibutuhkan perencanaan matang dan rinci, persiapan besar, modal besar, dan komitmen yang tinggi jika ingin mendapat hasil yang memuaskan. Terlebih dalam mengelola IPO. Meskipun terdengar sulit, strategi exit bisa berdampak baik karena perusahaan akan mendapat lebih banyak dana untuk mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, penting bagi tim manajemen perusahaan bersama dengan investor untuk memikirkan berbagai strategi serta memiliki visi besar untuk mencapai exit, seperti M&A dan IPO. Pasalnya, jika tak mampu bertahan, startup harus beralih ke strategi exit terakhir, yaitu tutup untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
Ingin tahu lebih lanjut perihal VC dan bagaimana memulai dan mengembangkan startup? Skystar Capital, perusahaan modal ventura, menyediakan waktu untuk berdiskusi, brainstorm, network, atau pitch, di setiap Jumat ke-4 di setiap bulannya. Mari terhubung dengan Skystar Capital di akun resmi Instagram dan Linkedin yang siap menemani langkah perjalanan startup Anda!