Perencanaan keuangan merupakan kewajiban yang harus dilakukan perusahaan, khususnya startup yang tergolong masih memerlukan dukungan pendanaan eksternall, sebab hal ini akan berpengaruh pada keberlangsungan perusahaan di masa depan. Mengutip Forbes, tanpa perencanaan keuangan yang jelas, keputusan krusial, seperti perekrutan karyawan, biaya pemasaran, produksi, dan operasional perusahaan akan terpengaruh.
Selain itu, perusahaan startup juga akan kesulitan mengetahui arus kas sehingga tak memiliki rencana yang jelas. Ditambah lagi, situasi dunia, seperti perang, permasalahan rantai pasok, serta efek jangka panjang pandemi membuat startup harus lebih bersikap hati-hati. Pasalnya, hal-hal tersebut berada di luar kendali perusahaan, sehingga mampu menghambat perkembangan bisnis perusahaan. Oleh sebab itu, penting bagi pelaku usaha untuk membuat perencanaan keuangan yang tepat.
Proyeksi Keuangan dan Manfaatnya bagi Perusahaan
Dilansir The Balance, proyeksi keuangan merupakan bagian dari proses perencanaan keuangan yang menggambarkan aktivitas perusahaan di masa depan dengan mempertimbangkan berbagai faktor eksternal, seperti ketidakpastian situasi global. Dengan membuat proyeksi keuangan, perusahaan diharapkan mampu mencegah dan mengantisipasi tantangan bisnis serta skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Keadaan yang tak pasti ini diperlihatkan dengan pandemi Covid-19. Mengutip Kompas.com, ada sekitar 42,5 persen startup digital yang berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk akibat pandemi Covid-19. Kerugian tersebut umumnya disebabkan menurunnya angka penjualan sehingga aktivitas bisnis dan sumber daya harus dikurangi. Hal ini pun berdampak pada pemutusan hubungan kerja.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perusahaan startup dalam membuat proyeksi keuangan. Pertama, pelaku usaha ingin mengetahui cara mengukur kesuksesan bisnis di tahun mendatang. Kedua, karena founder ingin mengalokasikan budget untuk pengembangan atau ekspansi bisnis. Ketiga, yang masih terkait dengan poin kedua, karena startup ingin mengajukan pinjaman ke bank atau menarik perhatian investor.
Cara Membuat Proyeksi Keuangan
Untuk membuat proyeksi keuangan, ada beberapa proses yang umumnya dilakukan. Namun, perlu dicatat kalau hal ini belum menggambarkan keseluruhan prosesnya. Mengutip dari Entrepreneur, langkah pertama adalah menyeimbangkan ambisi (idealis dan realitas). Agar lebih dapat mengetahui realitas keuangan perusahan startup, buatlah terlebih dulu laporan laba-rugi (profit and loss), arus kas, neraca dan, serta analisis break-even. Dalam membuat laporan keuangan tersebut, pastikan data yang digunakan sudah merefleksikan aktivitas perusahaan yang sudah berjalan. Jika mau memulai usaha, maka penting untuk founder memiliki sistem kerja yang jelas untuk mencatat aktivitas keuangan perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah memulai dari hal-hal mendasar hingga yang paling sulit, misalnya memproyeksikan penjualan produk atau jasa yang berasal dari pendapatan bulan atau tahun sebelumnya. Dari sini, kita bisa mulai mengidentifikasi masalah yang dialami perusahaan. Setelah itu, periksa situasi industri agar proyeksi keuangan bisa dilakukan secara holistik. Pada tahap ini, kita bisa menilai seberapa besar nilai pasar dan melihat kinerja kompetitor. Setelah melakukan aktivitas ini, founder bisa memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai posisi perusahaan di peta kompetisi dan berapa pertumbuhan bisnis yang harus dicapai di tahun mendatang untuk meningkatkan pangsa pasar.
Tahap selanjutnya yang tak kalah penting adalah menyesuaikan kembali proyeksi keuangan secara teratur. Tentunya, proyeksi yang kita buat pada kuartal atau tahun ini belum tentu sesuai dengan kuartal selanjutnya. Proyeksi keuangan bisa dibuat dengan dua skema, yaitu jangka pendek dan panjang. Proyeksi jangka pendek biasanya dibuat dengan jangka waktu satu tahun yang dipecah dalam beberapa bulan. Sementara itu, proyeksi jangka panjang biasanya memiliki jangka waktu tiga hingga lima tahun ke depan.
Kesalahan dalam Membuat Proyeksi Keuangan
Sayangnya, terkadang masih ada beberapa kesalahan yang tak disadari startup saat membuat proyeksi keuangan. Kesalahan-kesalahan ini perlu dicermati agar membuat proyeksi keuangan semakin efektif. Berikut adalah kesalahan umum saat membuat proyeksi keuangan yang harus dihindari.
Pertama adalah kesalahan estimasi profitabilitas. Startup harus paham bagaimana bisnisnya bisa menghasilkan keuntungan, namun terkadang founder hanya mengutamakan pendapatan dan kurang memperhatikan marjin keuntungan. Padahal, perusahaan-perusahaan yang masih berkembang, seperti startup yang memerlukan sokongan dana, masih perlu bertumbuh, sehingga kerugian akan sangat mempengaruhi seberapa lama perusahaan dapat beroperasi (runway). Selain itu, kesalahan lainnya adalah menganggap kecil biaya akuisisi konsumen, dan biaya regulasi agar perusahaan mampu menjual layanannya ke publik.
Tak hanya itu, menurut CEO upmetrics, Vinay Kevadiya, beberapa perusahaan startup dinilai lalai memperhitungkan gaji, tunjangan, dan asuransi karyawan. Padahal, ketiganya perlu dipertimbangkan untuk mengetahui apakah kinerja karyawan sudah sesuai dengan apa yang perusahaan berikan. Penting pula memasukkan gaji founder startup karena founder tetap merupakan bagian dari startup dan bertanggungjawab atas operasional perusahaan.
Terakhir adalah kurangnya transparansi terhadap data. Beberapa startup tak memiliki pencatatan laporan yang rapi dan langsung memulai proyeksi pada bulan pertama di awal tahun. Padahal, data-data tersebut adalah acuan untuk menetapkan besaran angka yang akan ditulis dalam proyeksi keuangan. Tentunya, data ini juga diperlukan untuk meyakinkan investor jika ingin membuat proyeksi keuangan dalam jangka panjang.
Ingin tahu lebih lanjut perihal venture capital dan bagaimana cara memulai serta mengembangkan startup? Skystar Capital, perusahaan modal ventura, menyediakan waktu untuk berdiskusi, brainstorm, network, atau pitch, di setiap Jumat ke-4 di setiap bulannya. Mari terhubung dengan Skystar Capital yang siap menemani langkah perjalanan startup Anda!